RSS

Selasa, 30 Desember 2008

Racun Hati / Salah Pergaulan

Para ulama membagi teman menjadi empat macam.

Pertama, teman yang seperti makanan. Kita setiap hari pasti membutuhkan makanan. Tanpa makanan, kita akan mati. Makanan adalah sesuatu yang bisa membuat kita terus bertahan hidup. Demikian pula, kita membutuhkan teman yang seperti ini. Teman yang bisa menjaga kelangsungan hidup kita, baik secara jasmani maupun secara ruhani. Rekan kerja dan rekan bisnis kita adalah contoh teman yang bisa menjaga kelangsungan hidup kita secara jasmani. Ulama, pembimbing dan guru adalah contoh teman yang bisa menjaga kelangsungan hidup kita secara ruhani. Itulah teman-teman yang senantiasa kita butuhkan setiap saat.

Kedua, teman yang seperti obat. Namanya obat pasti hanya kita perlukan saat sakit saja. Disamping itu, jenis obat yang kita konsumsi pun harus sesuai dengan sakit yang kita derita. Demikian pula takaran atau dosisnya pun harus tepat, tidak boleh berlebihan. Seperti inilah teman yang hanya kita butuhkan pada saat-saat tertentu saja. Tidak setiap saat kita membutuhkan kehadirannya. Demikian pula kita hanya perlu berhubungan dengannya seperlunya saja dan tidak boleh sampai berlebihan.

Teman macam pertama dan kedua inilah yang bisa kita jadikan sebagai teman karib atau teman dekat.

Ketiga, teman yang seperti penyakit. Tentu saja teman seperti ini tidak bisa kita jadikan sebagai teman karib. Akan tetapi, bukan berarti kita sama sekali memutus hubungan dengannya. Sebaliknya, kita memiliki kewajiban untuk berusaha menyembuhkannya. Sebagaimana penyakit ada yang ringan, ada yang sedang, dan ada yang parah, demikian pula teman yang satu ini. Keadaannya berbeda-beda dan bertingkat-tingkat. Namun bagaimanapun, ia tetap berpotensi menularkan penyakitnya kepada diri kita. Karena itu kita harus tetap berhati-hati ketika berinteraksi dengannya.

Keempat, teman yang seperti racun. Ini adalah teman yang mematikan! Sama sekali tidak ada kebaikannya bagi diri kita. Ia juga hampir-hampir tidak memiliki peluang lagi untuk berubah menjadi baik. Karena itu, kita harus ekstra waspada terhadap orang-orang semacam ini.

Pertemanan dengan orang-orang yang baik dan shalih akan menjadi pupuk bagi keimanan kita. Pertemuan dengan mereka akan menyegarkan dan meningkatkan keimanan kita. Nasihat-nasihat mereka ibarat siraman air di tanah yang tandus. Berbagai hal yang bermanfaat juga akan tercipta dari pertemanan dengan mereka. Sebaliknya, pertemanan dengan orang-orang yang gemar bermaksiat dan dalam rangka kemaksiatan adalah fatamorgana. Pertemanan dengan mereka adalah pertemanan yang bersifat semu.

Ketika itu, satu orang dengan yang lainnya akan saling berlepas tangan. “Ketika orang-orang yang diikuti (kesesatannya) berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa, (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti (kesesatan temannya): ‘Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka (teman-teman yang telah menyesatkan aku), sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.’ Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi penyesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS Al-Baqarah: 166-167)

Ditulis oleh Muhammad Shaleh Drehem, Lc.

Obat Hati

Obat hati adalah perkara-perkara yang bisa menjaga hati kita tetap hidup dan sehat, berlawanan dengan racun hati yang justru membuat hati kita menjadi sakit dan bahkan mati.

Salah satu obat hati adalah dzikrullah, yakni senantiasa berdzikir dan mengingat-Nya. Dzikir merupakan kebutuhan yang niscaya bagi setiap manusia. Tanpa dzikir, hati manusia akan menjadi keras dan akhirnya mati. Karena sedemikian pentingnya dzikir ini, Al-Qur’an dalam banyak ayat-ayatnya senantiasa memerintahkan kita untuk gemar berdzikir. Demikian pula Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam telah memberikan kepada kita tuntunan dzikir dalam hampir semua perbuatan dan muamalah kita, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, hampir semua gerak hidup kita, telah ada tuntunan dzikirnya.

Mengenai manfaat dzikir, Imam Ibnu Qayyim menulis dalam kitabnya Al-Waabil Ash-Shayyib: ”Dzikir itu menguatkan hati dan ruh. Jika dzikir hilang dari diri seseorang maka hilanglah pula kekuatan hati orang tersebut. Diantara manfaat dzikir adalah: 1) mengusir dan menghancurkan syetan, 2) menjadikan pelakunya diridhai oleh Allah, 3) menghilangkan kegundahan dan kegelisahan, 4) mendatangkan kebahagiaan, ketenangan, ketenteraman dan kegembiraan, 5) membuat hati dan wajah pelakunya menjadi terang dan bersinar, 6) pelakunya akan dikaruniai kewibawaan dan kesumringahan, 7) pelakunya akan mendapatkan kecintaan Allah, 8) pelakunya akan senantiasa berada dalam pengawasan Allah, sebagaimana firman-Nya ”Ingatlah Aku maka Aku akan mengingatmu.” Betapa banyaknya manfaat dzikir!

Rasulullah bersabda,”Perumpamaan orang yang berdzikir dan orang yang tidak berdzikir adalah seperti orang hidup dan orang mati.” (HR Bukhari dari Abu Musa Al-Asy’ari). Dalam kesempatan yang lain, seseorang bertanya kepada beliau,”Wahai Rasulullah, pintu-pintu kebaikan itu banyak. Aku tidak mampu melakukan semuanya. Karena itu sampaikanlah untukku apa saja yang engkau suka asal tidak banyak-banyak karena aku khawatir akan lupa dan tidak bisa ajeg.” Beliau menjawab.”Hendaknya lidahmu senantiasa basah dengan dzikrullah.” (HR At-Turmudzi dari Abdullah bin Busyrun).

Ditulis oleh Muhammad Shaleh Drehem, Lc.